Jumat, 01 Juni 2012

FF - Fall For You Part 2

Diposting oleh Unknown di 12.13
Annyeong para readers tersarang (?)

Akhirnya FFY part 2 bisa di post. apakah semuanya pada menunggu part 2 nya?

Readers : ...... (krik krik)

Sepertinya aku sudah tau jawaban dari anda semua T__T

Ya di part ini ceritanya emang di peersingkat karena coment di part sebelumnya katanya terlalu panjaaang. Oke deh seperti biasa , untuk mempersingkat waktu . Langsung ajah baca ff nya . 

INI DIA FALL FOR YOU PART 2 !!

Author : Arnis Meilia Affxtioncassieshawol
Rating : PG 15
Genre : Romance
Category : Threeshot
Cast :
*Jung Haejin/Helena Jung (Arnis Meilia Affxtioncassieshawol)
*Yong Jun Hyung (Jun Hyung B2st)
*Lee Jin Ki/Onew (Onew SHINee)
*OC

(a/n: siapkan baskom buat tampung muntah kalian)

Part Sebelumnya :: Part 1

-Author PoV-

Yeoja itu berdiam diri dikamarnya dengan keadaan gelap. Lampunya sengaja dimatikan olehnya. Kini, ia tidak mau melihat apapun. Bahkan ia tidak mau melihat wajahnya sendiri. Sudah beberapa kali pelayan mengetuk-ngetuk kamarnya. Tetapi ia sama sekali tidak merespon. Hari sudah malam menyertai sinar matahari yang sama sekali tidak terlihat. Keadaan itu membuat kamarnya semakin diselimuti kegelapan.

Helena duduk memegangi kedua kakinya disudut ruangan. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia menangis seperti itu. Matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Seragamnya sangat basah karena terkena air matanya yang terus-menerus mengalir. Penampilannya kini sudah berantakan. Ia tidak sanggup menerima kenyataan ini.

“Mianhaeyo .. aku tidak mencintaimu. Aku membencimu Helena. Aku benar-benar membencimu”

Helena menjenggut-jenggut rambutnya sendiri. Dadanya mulai terasa sesak. Ia teriak sekuat tenaga, tetapi percuma. Rasa sakitnya tidak hilang juga. Terdengar pelayan-pelayan mengetuk pintu dan menanyakan keadaannya. Helena masih tidak mau menjawab. Bahkan ia tidak sanggup untuk berbicara. Ia memukul-mukul kepalanya ketembok. Kini ia sudah mulai frustasi dengan semuanya. Ia tidak sanggup lagi untuk tersenyum. “Jun Hyung mengapa kau harus hadir dalam hidupku?” Pikirnya.

*****
“Chagi, apakah kau yakin untuk menghiburnya?” Tanya Yoseob pada Gi Hyun. Gi Hyun hanya menganggukan kepalanya mantap.

Sahabat-sahabat Helena sedang berada didepan rumah Helena. Setelah melihat kejadian ditaman sepulang sekolah tadi, Tae Gyeong memberitahu pada teman-temannya. Mereka datang kesini bertujuan untuk menghibur Helena. Walaupun Yoseob tidak yakin dengan hal ini. Biasanya jika Helena mempunyai masalah, Yoseob selalu menghiburnya. Tetapi Helena tak pernah merasa melupakan masalahnya. Menurut Yoseob, menghibur Helena adalah hal yang sia-sia.

Jung Youngla menekan tombol cctv. Terlihat kepala pelayan di rumah Helena yang bernama Kwon Yuri, tersenyum ramah pada layar kecil disebelah tombol cctv. Youngla memiliki sifat yang mudah bergaul. Maka dari itu Youngla sangat dekat dengan pelayan-pelayan dirumah Helena. Yeoja itu meminta izin untuk bertemu dengan Helena. Beberapa saat kemudian, pagar besi yang tinggi terbuka otomatis.

Saat menuju kamar Helena, terpajang foto Helena bersama keluarganya. Mereka saling berpandangan. Tersungging senyuman yang sangat bahagia pada bibir Helena. “Kita harus selalu ada untuknya.” Ucap Min Kyu kepada yang lainnya. Mereka dapat mencerna kata-kata yang diucapkan Min Kyu. Jika tak ada sahabat-sahabatnya, Helena pasti merasa sangat kesepian. Jadi tak salah mereka datang kemari untuk menghibur sahabatnya yang kesepian itu.

Helena selalu menceritakan keluarganya yang selalu sibuk dan tak pernah menengoknya. Terkadang jika Helena mengunjungi keluarganya disana, kedua orangtuanya tak pernah ada. Yang ada hanya saudara kembarnya dan juga adiknya. Orangtuanya sangat sibuk bekerja. Sebenarnya Helena tidak boleh menyalahkan kesibukan orangtuanya. Karena mereka sibuk dan berkerja keras demi dapat memenuhi kebutuhan Helena.

*****
-Helena PoV-

Aku memegangi kepalaku yang sedaritadi dibenturkan pada tembok. Tidak ada seikitpun darah yang muncul dari kepalaku. Tidak sesuai dengan keinginanku. Kepalaku memang terasa sakit, tetapi tidak sesakit hatiku yang sekarang. Perasaanku bercampur aduk. Sedih, kecewa, dan tentunya patah hati. Aku memang sudah menunggu hari ini. Hari dimana Jun Hyung mengakui perasaannya. Dan jawabannya dia tidak mencintaiku bahkan dia membenciku. Kenyataan yang pahit bukan?
Harusnya aku menyadarinya dari dulu bukan? Terlihat dari sikapnya yang selama ini menjauhiku, dan terkesan tidak mau kenal denganku. Ku kira dia berperilaku seperti itu karena dia sibuk akan kegiatannya. Namun semua salah. Aku terlalu banyak mengharapkan yang lebih. Ia memang menjauhiku dan mungkin ia tidak mau kenal denganku. Walaupun ia tidak berkata putus, tetapi aku yakin kata-katanya tadi adalah pertanda bahwa hubungan kami berakhir.

“Lupakan aku, dan kau patut membenciku!”

Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang difikiranku. Apa aku bisa melupakanmu secepat itu Jun Hyung? Dan sepertinya aku tidak dapat membencimu Jun Hyung. Mungkin hatiku memang sakit karena perkataannya tadi. Tapi tak semudah membalikan telapak tangan untuk melupakan dan membencinya. Bahkan aku harap aku tidak akan membencinya. Aku juga tidak ingin melupakan perasaanku padanya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Sepertinya ada yang masuk ke kamarku. Aku menutup mataku dengan punggung tanganku karena cahaya dari luar kamar terlalu silau. Berani sekali yang masuk kedalam kamarku seenaknya dalam keadaanku yang seperti ini.

Tiba-tiba lampu kamarku menyala dan aku dapat melihat beberapa orang mengelilingiku . Ya mereka adalah sahabat-sahabatku. Mereka mengekspresikan wajah khawatir. Aku hanya membuang muka pada mereka. Sekarang bukan saatnya aku mengobrol dengan mereka. Walaupun mereka berusaha menghiburku, aku tidak akan bisa melupakan masalahku begitu saja.

“Matikan ! Matikan lampunya !” Teriakku pada sahabat-sahabatku. Mereka hanya saling pandang dan menatapku lagi. Tatapan yang sangatku benci. Yaitu tatapan penuh keprihatinan.

Young La duduk disebelahku dan menghapus kedua air mataku dengan kedua ibu jarinya. “Eonni jangan menangis ..” Ia memang sudah biasa memanggilku dengan sebutan eonni. Karena kami berdua sudah seperti adik kakak. Aku menepis kedua tangannya. Aku tidak butuh hiburan atau semacamnya. Yang aku butuhkan hanya jawaban dari Jun Hyung. Mengapa ia memperlakukanku seperti ini?

“Ku bilang matikan !” Bentakku pada teman-temanku. Aku menundukkan kepalaku “Aku sangat malu pada diriku sendiri ..” Tiba-tiba suaraku mulai pelan. Tubuhku pun terasa mulai lemas.

******
Sudah berjam-jam mereka menghiburku, tetapi aku sama sekali tidak  merasa dapat melupakan masalahku. Akhirnya mereka pulang dan pergi meninggalkanku sendirian dikamar. Sebelumnya Gi Hyun berkata bahwa tak baik  jika aku menangis terus karena Jun Hyung. Ia mungkin tidak peduli jika aku menangis karenanya. Tak ada alasan yang logis kan jika Jun Hyung peduli padaku? Ia sudah membenciku dan mungkin sudah tidak mau berpacaran denganku.

Aku berdiri tegak dicermin kamarku. Penampilanku sudah tidak berantakan karena baru saja aku mandi. Tetapi mataku masih saja mengeluarkan air mata. Helena Jung berhentilah menangis ! Aku menampar pelan pipiku. Walaupun aku tidak ingin menangis, tetapi air mataku terus mengalir. Aku benar-benar anak cengeng. Sama seperti apa yang dikatakan Jun Hyung sepulang sekolah.

Saat menuruni tangga, aku bertemu dengan Yuri. Aku buru-buru menghapus air mataku. Tetapi sial. Ia melihatku saat aku menghapus air mataku. Ia menatapku dengan tatapan nanar. “Nona, apakah ada yang bisa ku bantu?” Katanya sambil tersenyum.

“Ne. Tolong ambilkan kunci motorku.” Kataku melemparkan pandangan kearah lain. Aku tidak mau melihat tatapan nanar yang diberikan Yuri kepadaku.

Ia mengangkat sebelah alisnya. “Mau kemana nona malam-malam seperti ini?”.

Aku hanya berdecak sebal dan menatap tajam kearahnya. “Ambilkan saja !” bentakku.

Ia terkaget dan mundur beberapa langkah. “Ba .. baik nona” Ia membalikan badan dan segera mengambilkan kunci motorku.

Tak lama setelah itu, Yuri kembali membawa kunci motorku dan sebuah helm. Tanpa basa-basi aku mengambil kedua barang itu dan melangkahkan kaki menuju pagar. Aku mengamati helm yang sedaritadi kupegang. Helm itu berwarna hitam lalu terdapat corak-corak berwarna putih. Air mataku mulai menetes lagi. Helm ini mengingatkanku kepada Jun Hyung. Sebelum kami berpacaran, ia pernah membelikanku helm ini. Helm ini sama persis dengan punyanya.

-Onew PoV-

Sial. Hari ini aku pulang sangat malam. Ini semua gara-gara sahabatku, Lee Shin Wo mengerjaiku. Ia mengunciku dikelas bersama yeoja yang bernama Seungyeon. Shin Wo berusaha menjodohkanku bersama Seungyeon. Tetapi aku sama sekali tidak tertarik pada yeoja itu. Yeoja yang sangat centil dan juga tidak memiliki rasa malu. Yeoja itu memaksaku untuk mengantarkan pulang kerumahnya. Alasannya adalah hari sudah malam dan tak baik yeoja berjalan sendirian. Ya, itu memang benar. Tetapi kalau dengan yeoja yang satu ini, aku tidak peduli.

Diperjalanan Seungyeon melingkarkan tangannya di pinggangku sangat erat. Sebenarnya apa maunya yeoja ini? Sifatnya seakan tidak tahu malu. Berbeda sekali dengan yeoja yang bernama Helena. Saat menaikki motorku ia sangat jaga jarak denganku. Bahkan ia tidak mau berpegangan. Saat akan kubayarkan biaya rumah sakit, ia malah membayar sendiri. Ya, mungkin ia masih merasa sangat canggung karena baru pertama kali berkenalan. Tetapi berbeda dengan Seungyeon, sebelumnya aku sama sekali tidak kenal dengannya. Dan ia memperlakukanku seakan-akan aku adalah namjachingunya.

Saat ia turun dari motorku, perasaan lega dalam hatiku terbebas dari yeoja tidak tahu malu itu. Tiba-tiba sesuatu menempel dipipiku. Ternyata, Seungyeon mengecup pipiku.  Ia tersenyum kearahku. “Gomawo sudah mengantarkanku pulang ..”

Aku mengusap pipiku dengan kasar. Benar-benar yeoja tidak tahu malu. Aku menatap sinis ke arahnya. “Apa yang barusan kau lakukan?!”

Ia menggigit bibirnya menahan senyum. “Waeyo? Kau ingin yang lebih dari itu?”

Aku melebarkan mataku. Apa katanya?  Ingin yang lebih katanya? Ia mulai melangkahkan kaki kearahku pelan-pelan. Aku buru-buru memakai helmku. Tangannya memegang kedua sisi helmku dan ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Andwae !” Bentakku saraya menepis kedua tangan yeoja itu.

Aku melajukan motorku sangat cepat karena aku ingin pergi jauh-jauh dari yeoja sinting itu. Terdengar Seungyeon berusaha mencegahku untuk pergi, tetapi percuma. Aku tidak akan mau lagi menyempatkan diri kesana. Apalagi bertemu yeoja itu. Shin Wo-ya ! Nyawamu benar-benar tak akan selamat.

*****
“Yeoboseyo?” Terdengar suara dari ujung sana.

Aku berdecak sebal begitu mendengar suaranya. “Ya! Shin Wo-ya. Neo jinjja .. Aish .. Kau ini benar-benar menyebalkan.” Bentakku pada namja yang sudah ku anggap sebagai sahabat, yaitu Lee Shin Wo. Aku tidak memedulikan volume suaraku yang begitu keras dikeluarkan saat berada ditempat umum. Karena aku yakin tempat itu sangat sepi, mungkin tidak ada orang yang sedang memerhatikanku.

Terdengar suara Shin Wo yang sedang menguap. Bisa-bisanya dikala aku sedang ingin memarahinya, ia malah menguap begitu saja. “Mwo? Apa maksudmu Jin Ki-ya? Kau ini benar-benar mengganggu tidurku saja.” Shin Wo berbicara dengan nada malas. Ya aku mengenal baik Shin Wo. Ia memang pemalas. Kerjaanya dikelas hanya tidur. Tetapi tak tahu mengapa ia sangat pintar. Padahal selama pelajaran, ia tidak pernah memperhatikan.

“Ya! Kau sudah terlalu cukup untuk tidur! Dasar pemalas.” Umpatku. Tetapi tidak terdengar sama sekali komentar yang diberikan oleh Shin Wo. Jangan sampai Shin Wo ketiduran, padahal aku belum sempat menyemprotnya. “Ya! Gara-gara kau aku pelang selarut malam ini. Kau tahu? Aku harus mengantarkan yeoja itu sampai kerum ..-“ Tepat pada saat itu juga Shin Wo memutuskan sambungannya. Beberapa kali aku mencoba menghubunginya, tetapi ponselnya tidak aktif. Benar-benar anak yang menjengkelkan.

Tiba-tiba aku dapat mendengar suara seseorang yang sedang menangis. Punggungku terasa dingin dan aku tidak bergerak sama sekali. Kini aku sedang berada di jembatan yang biasa ku kunjungi sepulang sekolah. Ku lirik jam yang melingkar di tangan kiriku. Sekarang sudah jam Sembilan malam. Aku junga pernah mendengar mitos tentang jembatan ini. Tiga tahun yang lalu, ada seorang yeoja yang menjatuhkan diri dari jembatan ini. Dulu memang aku tidak percaya dengan mitos ini, tapi kini aku merasa sedikit mempercayainya

Aku mencoba mengumpulkan keberanian dan mengedarkan pandangan. Mencoba mencari asal suara itu. Dan aku tiba-tiba melihat yeoja berpakaian putih dan berambut panjang. Deg .. Jantungku mulai berdetak tidak karuan. Yeoja itu sedang berdiri di atas tembok jembatan. Mungkinkah ia adalah yeoja yang ada pada mitos itu? Aku meneguk ludah. Tetapi tiba-tiba aku seakan-akan mendapat pencerahan dibalik itu semua. Aku dapat melihat kejanggalan dari yeoja itu. Jika ia hantu, mengapa ia memakai helm? Dan biasanya di film-film, hantu itu selalu memakai baju panjang berwarna putih. Ya, yeoja itu memang memakai baju putih, tetapi yeoja itu memakai celana pendek berwarna hitam.

Aku menepuk jidatku. Aku ini benar-benar sangat konyol. Yeoja itu pasti bukan hantu. Yeoja itu hanya sedang berdiri diatas tembok jembatan. Tunggu .. tunggu .. berdiri diatas jembatan? Sedang apa dia disana? Omo .. jangan-jangan .. Aku berlari mendekati yeoja itu. Sepertinya yeoja itu tidak menyadari kehadiranku. Tiba-tiba yeoja itu memajukan tubuhnya. Kini kakinya sudah tepat berada diujung tembok. Jika selangkah lagi ia melangkah, nyawanya sudah tidak akan selamat. Ia mencondongkan dadanya kedepan dan ..

“ANDWAE !!” Teriakku berusaha menahan tangannya. Ia sudah hampir terjatuh jika tidak ku genggam tangannya. “Kau tidak boleh melakukan itu !” Aku berusaha sekuat tenaga menariknya ke atas. Tetapi, ia sama sekali tidak mau memegang tanganku. Aku tahu, pasti yeoja itu sedang depresi berat. Makanya ia mengambil jalan pintas seperti itu.

Aku tidak dapat melihat wajahnya karena tertutup oleh helm. “Ya ! Kau ini gila? Kau baru saja mau bunuh diri !” Kataku.

Yeoja itu tertawa miris. “Memang itu keinginanku.” Ia melemparkan matanya ke arah sembarang. Sepertinya ia tidak mau bertatapan denganku. “Kau .. Satu hal yang harus kau ingat.” Ia menendang kaki kiriku. Aku sangat kaget dengan tingkahlakunya. Apa maksud yeoja ini tiba-tiba menendang kaki kiriku? Aku hanya merintih kesakitan memegangi kaki kiriku. “Jangan sekali-kali lagi kau mencoba mencampuri urusan orang lain.”

Aku memicingkan mataku. Sepertinya aku mengenal suara ini.

*****
-Helena PoV-

“Baguslah jika kau sudah dapat menendang.” Onew tersenyum. Ia menyinggungkan senyuman yang sangat manis.

Tapi kini aku tidak bisa terhanyut kedalam senyumnya. Dari mana ia dapat mengetahui bahwa yang berada didepannya adalah aku? Padahal aku yakin, helmku tidak tembus pandang.

Perlahan-lahan ia melangkahkan kaki ke arahku. Reflek, aku juga memundurkan badanku agar tidak terlalu dekat dengannya. Dan saat itu juga badanku sudah tidak dapat dipundurkan lagi, karena aku sudah berada diujung jembatan. Ia menggapai helmku, berusaha untuk membukanya. Tapi aku mencegahnya dengan menahan helmku. Tapi kursa ia yang memenangkannya.

 “Sudah kuduga. Kau Helena Jung.” Ia tersenyum padaku untuk kesekian kalinya.

==TBC==

Gimana ? Gaje ya readers? 
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan RCL ya ?

NO SILENT READERS !!





0 komentar:

 

ANNYEONG HASEYO.... Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea